PENTINGNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF UNTUK BAYI 0-6 BULAN

Oleh: Desiana Nafisa

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Salah satunya adalah setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis (Menkumham RI, 2009).

Secara global di dunia, hanya 40% bayi di bawah usia enam bulan yang mendapat ASI eksklusif (WHO, 2018). Pada tahun 2019, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2019 yaitu sebesar 67,74% di Indonesia (Kemenkes RI, 2020). Di Sumatera Selatan cakupan bayi mendapat ASI eksklusif berjumlah 57,79% (Dinkes Sumsel, 2019). Cakupan pemberian ASI Ekslusif untuk Kabupaten OKU tahun 2019 sebesar 43,9% menurun 0,2% dari tahun 2018 (sebesar 44,1%) (Dinkes OKU, 2020).

Banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara lain ibu merasa asinya tidak mencukupi atau asinya tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup untuk bayinya, disamping informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu (R. R. Lestari, 2018).

Penyebab rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI. Masalah ini di perparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnnya dukungan dari masyarakat, termasuk institusi yang mempekerjakan perempuan yang belum memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja (Septiani, Budi, & Karbito, 2017).

Penelitian yang di lakukan Nasrabadi dkk (2018) yang berjudul Factors affecting Exclusive breastfeeding in the first six months of birth: An Exploratory-Descriptive Study di Iran. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif dikategorikan dalam tiga dimensi model PEN-3, yaitu identitas budaya, hubungan dan harapan, serta pemberdayaan budaya dan enam faktor utama yaitu faktor individu (faktor yang berhubungan dengan ibu dan anak), keluarga, lingkungan, lingkungan, pengasuh (orang berpengaruh), enabler (berpengaruh secara sosial), dan kepercayaan budaya (Nasrabadi, Vahedian-Shahroodi, Esmaily, Tehrani, & Gholian-Aval, 2019).

Penelitian yang di lakukan Chherti dkk (2018) yang berjudul Factors affecting exclusive breastfeeding (EBF) among working mothers in Udupi taluk, Karnataka di India. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa faktor-faktor seperti status pendidikan ibu bekerja dan suaminya, pekerjaan suami, tempat persalinan, jenis kelamin bayi baru lahir, frekuensi menyusui per hari, praktik memerah dan menyimpan ASI sebelum berangkat kerja dan istirahat pada jam kerja ditemukan signifikan secara statistik dengan praktik ASI Ekslusif (Chhetri, Rao, & Guddattu, 2018).

Penelitian yang di lakukan Maonga dkk (2016) yang berjudul Factors Affecting Exclusive Breastfeeding among Women in Muheza District Tanga Northeastern Tanzania: A Mixed Method Community Based Study. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pengetahuan tentang ASI Ekslusif berhubungan dengan praktek dan prevalensi ASI Ekslusif. Sebagian besar (95%) ibu menghadiri poliklinik antenatal selama kehamilan, melahirkan di fasilitas kesehatan, menyusui anaknya dalam waktu 1 jam setelah melahirkan dan memberi makan kolostrum kepada anaknya namun pemberian makanan pendamping ASI dimulai lebih awal sebelum periode yang dianjurkan dan ini membuat anak-anak tidak mendapatkan manfaat penuh dari menyusui (Maonga, Mahande, Damian, & Msuya, 2016).

About administrator

Check Also

Used Car Dealer Sales Tricks Exposed

Don’t act so surprised, Your Highness. You weren’t on any mercy mission this time. Several …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *